Kenapa Rasanya Sulit Menetapkan Boundaries ?

vector dot 1
Kenapa Rasanya Sulit Menetapkan Boundaries

Seorang karyawan kantoran bernama “Mawar” merasa amat lelah setiap harinya. Bukannya tidak beralasan, Mawar merasa lelah karena setiap harinya harus lembur mengerjakan pekerjaan kantor hingga menjelang tengah malam.

Kebiasaan ini berawal dari seorang rekan kerja yang meminta bantuan kepada Mawar karena Mawar dianggap sebagai karyawan yang cerdas, mampu bekerja cepat, dan baik hati. Mawar yang merasa dirinya bisa membantu rekan-rekannya dengan mengerjakan pekerjaan mereka lebih cepat pun mengiyakan ketika diminta bantuan.

Lambat laun, semakin banyak rekan kerja Mawar yang meminta bantuannya dan Mawar tidak enak hati menolak karena ingin dianggap sebagai sosok yang dapat diandalkan di kantor. Kondisi ini menyebabkan Mawar kelelahan, bahkan terpaksa terus bekerja di akhir pekan dan hari libur.

Pernahkah kamu berada di posisi serupa dengan Mawar? Kisah Mawar di atas menggambarkan kondisi seseorang yang kesulitan menetapkan boundaries di tempat kerja. Apa sih boundaries itu?

Konsultasi dengan psikolog sekarang

Boundaries (atau dalam bahasa Indonesia secara literal dapat diartikan sebagai “Batasan”) merupakan batasan yang ditetapkan dan kebutuhan yang diekspresikan oleh seseorang agar ia merasa aman dan nyaman dalam lingkungan bersosialisasi. Boundaries berlaku pada tiap konteks hubungan, mulai dari hubungan keluarga, pasangan, teman, tempat kerja, bahkan teknologi! Secara konkret, boundaries dapat berupa memberi batasan antara kapan harus bekerja dan kapan waktu beristirahat, berkata tidak pada teman yang ingin meminjam uang padahal kita sedang tidak ada uang lebih, mengutarakan kebutuhan emosional dengan jelas pada pasangan, meluangkan waktu untuk fokus pada diri sendiri dengan mempraktikkan self-care, dan membatasi durasi bermain media sosial. Tanpa boundaries yang sehat, seseorang akan mengalami burnout atau kelelahan secara emosional, mental, dan fisik seperti kisah Mawar. 

Tiga Tipe Boundaries

  • Porous boundaries, atau boundaries yang rapuh. Saking rapuhnya boundaries yang ditetapkan, orang lain bisa merobohkannya dengan mudah.

Ciri-cirinya:

    • Tidak bisa berkata “tidak” ketika kita merasa tidak nyaman atau tidak ingin melakukan sesuatu
    • Perilaku people-pleasing
    • Menerima perlakuan buruk orang lain terhadap kita
    • Merasa tidak keberatan “dimanfaatkan” oleh orang lain
    • Ada rasa takut akan ditolak atau diabaikan orang lain

 

  • Rigid boundaries, atau boundaries yang kaku. Saking kakunya boundaries yang ditetapkan, tidak ada orang yang diperbolehkan untuk masuk ke kehidupan kita.

Ciri-cirinya:

    • Selalu memendam semuanya sendirian
    • Menjaga jarak dengan orang lain
    • Tidak ingin terlihat lemah sama sekali
    • Memiliki aturan ketat yang dibuat oleh diri sendiri
    • Secara tidak sadar memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap orang lain

 

  • Healthy boundaries, atau boundaries yang sehat. Inilah boundaries ideal yang penting untuk dilatihkan.

Ciri-cirinya:

    • Mengetahui value yang penting bagi diri sendiri
    • Dapat mengkomunikasikan kebutuhan diri kepada orang lain dengan jelas
    • Berbagi cerita dan keluh-kesah dengan orang lain dengan tidak oversharing
    • Bisa mengatakan “tidak” atau menolak ketika merasa tidak nyaman melakukan sesuatu yang diminta
    • Dapat menerima pernyataan “tidak” atau penolakan dari orang lain yang sedang menetapkan boundaries-nya, dan tidak tersinggung secara personal 

Mengapa Rasanya Sulit Menetapkan Boundaries yang Sehat dan Bagaimana Cara Mengatasinya?

  • Kita percaya bahwa orang lain yang harus berubah, bukan kita. Padahal, kita tidak bisa mengontrol orang lain dan hanya bisa mengontrol apa yang kita lakukan ☺

Yang bisa dilakukan: Perubahan dimulai dari diri Anda. Jangan terpaku berusaha mengendalikan apa yang tidak bisa dan tidak perlu Anda kendalikan.

  • Sudah mencoba sekali, tapi gagal atau merasa tidak nyaman. Setelah bertahun-tahun terbiasa tidak menetapkan boundaries karena ingin menyenangkan hati orang lain, tentu saja ada kemungkinan timbul rasa tidak nyaman ketika kita mencoba menetapkan boundaries

Yang bisa dilakukan: Boundaries bukan hanya disampaikan berupa kata-kata, tapi juga dari konsistensi perilaku kita dalam menetapkannya. Take your time dan terus berlatih menoleransi rasa tidak nyaman dari menetapkan boundaries sehat demi kesejahteraan jangka panjang diri sendiri. 

  • Takut menyakiti hati orang lain. Seringkali individu dengan porous boundaries enggan menolak karena ingin menyenangkan hati orang lain. 

Yang bisa dilakukan: Menolak permintaan orang lain atau mengkomunikasi kebutuhan kita dapat disampaikan secara tegas dan tidak menyinggung. Yuk berlatih komunikasi asertif!

  • Takut dinilai jahat karena tidak menolong orang lain. Tidak ada yang salah dari menolong orang lain, namun Anda bisa menolong tanpa mengorbankan kesejahteraan diri sendiri. Anda masih bisa menolong sambil menetapkan boundaries yang sehat.

Yang bisa dilakukan: Tolonglah orang lain ketika Anda sedang merasa baik-baik saja dan siap. Ketika orang lain datang meminta bantuan di saat Anda sedang kelelahan atau di saat yang tidak nyaman bagi Anda, Anda dapat membalas permintaan tersebut di lain waktu atau cukup jelaskan bahwa saat ini Anda sedang tidak bisa membantu secara langsung.

  • Salah paham mengira bahwa boundaries = selalu berkata tidak. Padahal, menetapkan boundaries bukan berarti kita selalu menolak dan berkata “tidak” pada orang lain. 

Yang bisa dilakukan: Banyak cara untuk mempraktikkan boundaries sehat, seperti yang tertera pada bagian “Healthy Boundaries” pada artikel ini. 

  • Kita tidak sadar memiliki masalah dalam menetapkan boundaries. Meski sudah banyak orang yang tahu mengenai konsep boundaries, banyak juga yang tidak sadar bahwa dirinya sendiri masih harus berlatih menetapkan boundaries yang sehat. 

Yang bisa dilakukan: Yuk kita coba refleksi ke diri sendiri, apakah kita sudah menetapkan boundaries yang sehat?

Meski tidak mudah menetapkan boundaries, dengan berlatih menerapkannya di kehidupan sehari-hari berarti kita sedang berusaha menghargai dan menyayangi diri sendiri. Namun, jika Anda merasa butuh bantuan psikolog, HatiPlong is here! Ketika terasa berat, Anda tidak harus selalu menghadapinya sendirian

Referensi :

Rusnak, K. (2021, 11 Juni). Setting boundaries efficiently

Tawwab, N. G. (2021). Set boundaries, find peace: A guide to reclaiming yourself. TarcherPerigee.

Bagikan artikel ini

Posting Terbaru

Anda mungkin juga menyukainya

illustration right side 1
curhat line