Ada waktunya seseorang harus berhadapan dengan kondisi krisis yang tidak bisa terhindarkan, seperti bencana alam dan bencana sosial. Bukan hanya dalam konteks bencana, tekanan yang terlalu besar dalam kehidupan sehari-hari pun bisa membuat seseorang butuh bantuan orang lain. Secara umum terdapat beberapa proses yang dilalui oleh orang yang menghadapi situasi krisis. Dimulai dari kondisi wajar sehari-sehari, kemudian muncul masalah dan tekanan atau yang dikenal dengan disturbance. Kondisi ini sangat wajar meningkatkan stres pada individu. Strategi mengatasi stres karena tekanan yang ada, tergantung dari kapasitas yang dimiliki oleh orang tersebut (Ingat, bahwa setiap orang pasti memiliki kekuatan di dalam dirinya untuk pulih) dan juga bantuan atau dukungan dari orang sekitarnya. Dari proses ini, umumnya ada empat hasil yang diperoleh, yaitu: collapse (‘tumbang’) terjadi ketika sumber daya sangat kurang; recover but worse than before (‘pulih namun lebih buruk dari sebelumnya’) terjadi ketika ada sumber daya, namun masih kurang; bounce back (‘bangkit kembali’) terjadi ketika sumber daya mencukupi sehingga siap untuk bangkit kembali, dan bounce back better (‘bangkit kembali dengan lebih baik’) ketika berhasil untuk bangkit dan lebih mampu menangani masalah serta tekanan di masa mendatang.
Konsultasi dengan psikolog sekarang
Sesama manusia tentunya kita ingin memberikan dukungan atau bantuan agar orang yang sedang menghadapi situasi krisis dapat melalui masa-masa sulit dan bangkit kembali. Jangan sampai hal yang kita lakukan, bukannya menolong tetapi malah menambah masalah untuknya.
Apa yang biasanya kamu lakukan ketika seseorang yang mengalami masalah datang meminta bantuan padamu?
Pertolongan dapat diberikan dalam berbagai bentuk, tergantung kebutuhan dan juga kemampuan kita. Salah satu teknik yang bisa digunakan dalam situasi krisis adalah Dukungan Psikologis Awal atau yang juga dikenal dengan psychological first aid (PFA). Tujuan dari diberikannya PFA adalah untuk mengurangi ketidaknyamanan (distress) yang sedang dialami, biasanya karena baru saja mengalami peristiwa krisis, keadaan darurat, atau bencana. Layaknya pertolongan P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan), PFA merupakan pertolongan pertama untuk mengurangi rasa tidak nyaman yang disebabkan karena reaksi emosi dan pikiran akibat mengalami peristiwa stress tinggi (traumatis).
Setiap orang perlu memiliki keterampilan dalam penerapan PFA sehingga semakin banyak bantuan awal yang bisa diberikan dan mencegah kondisi atau permasalahan menjadi semakin berat. PFA juga dapat dipelajari dan dilatih kepada setiap orang, tidak terbatas pada yang memiliki latar belakang Psikologi. Ketika sudah dilatih dan diterapkan, maka semakin terampil kita dalam memberikan PFA. Bantuan PFA ini diberikan dengan cara menyampaikan informasi penting terkait kondisi yang dialami (edukasi), menghubungkan dengan pemberi bantuan lainnya ketika dibutuhkan (memberi rujukan), dan mendorong pemecahan masalah jangka panjang (ingat bahwa PFA ini bukan solusi akhir dari setiap masalah, tetapi bantuan awal).
Terdapat enam komponen dalam PFA, yaitu looking, listening, comforting, connecting, protecting, dan instilling hope yang akan kita bahas secara singkat satu per satu.
Looking (Lihat)
Perhatikan atau observasi kebutuhan dasar dari orang yang sedang kita dampingi. Identifikasi kebutuhan mendasarnya saat itu: Apakah ada yang butuh diselamatkan? Diamankan? Membutuhkan makanan, minuman, pakaian? Butuh istirahat? Butuh informasi? dll.
Listening (Mendengar)
Fokus pada hal yang disampaikan oleh orang yang kita dampingi. Lakukan kontak mata – usahakan eye level (bisa bertatapan sejajar), perhatikan verbal (kata-kata) dan juga non verbal (ekspresi, tempo, mimik muka, gestur, dll), validasi emosi lawan bicara (sampaikan kata-kata terkait emosi yang ditangkap, seperti “saya paham ini membuatmu sedih”), lakukan parafrase dengan mengulang pernyataannya menggunakan kata-kata sendiri untuk memunculkan perasaan didengarkan sekaligus mengkonfirmasi informasi. Dalam tahap ini, upayakan untuk mengajukan pertanyaan seperlunya saja.
Comforting (Rasa Nyaman)
Berikan kenyamanan atau lakukan hal yang memunculkan rasa nyaman, seperti ajak mengatur nafas, menyalakan musik yang menenangkan, atau tindakan lainnya. Dapat juga memberikan sentuhan fisik seperti tepukan pada pundak (tapping) apabila diizinkan.
Connecting (Hubungkan)
Dalam menyelesaikan suatu masalah, tentu ada saatnya ketika kita tidak bisa melakukannya sendiri. Ajak untuk bersama-sama melihat kebutuhan dan telaah cara-cara yang bisa dilakukan untuk memenuhinya. Ingatkan tentang dukungan yang ia miliki atau yang tersedia di sekitarnya.
Protecting (Lindungi)
Lindungi dari kerugian atau bahaya susulan yang mungkin terjadi padanya, baik itu berupaya bahaya yang bersifat fisik atau mungkin terkait aspek hukum. Menjaga kerahasiaan informasi juga bisa menjadi bagian dari langkah ini.
Instilling hope
Proses ini dilakukan dengan menanamkan harapan tetapi tidak menjanjikan harapan kosong, agar orang yang kita dampingi dapat memandang masa depan dengan lebih positif. Jangan lupa untuk apresiasi proses yang sudah atau akan dilakukan oleh mereka.
Dalam memberikan PFA, terdapat beberapa hal yang penting untuk kita persiapkan. Pastikan kamu dalam kondisi sehat fisik, mental, dan sosial. Lakukan self care terlebih dahulu agar bisa membantu orang lain dengan lebih optimal. Penting bagi kita untuk memahami kemampuan dan batasan diri sendiri. Selain itu, juga tidak kalah penting untuk memahami informasi terkait situasi yang sedang terjadi (terutama di daerah bencana yang baru kita datangi). Ingat, setiap bantuan yang kita berikan, perlu menghargai keselamatan, martabat, dan hak orang yang diberi bantuan.
Lihat artikel psikologi lainnya
Referensi:
Combaz, E. (2014). Disaster Resilience.
Global Initiative for Stress and Trauma Treatment (n.d.). Psychological First Aid (PFA).