Tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan teknologi melesat dengan sangat cepat. Salah satu buktinya adalah mulainya penggunaan Artificial Intelligence (AI) di kehidupan sehari-hari. Banyak orang melihat AI sudah merambah ke berbagai bidang industri. Kini, AI pun mulai memasuki ranah yang sebenarnya hanya bisa dilakukan oleh manusia, salah satunya adalah kesehatan mental.
Sudah tidak asing lagi di kalangan masyarakat digital bahwa AI digunakan untuk ‘curhat’. Ada sebagian orang yang mendukung hal ini, namun tak sedikit pula yang skeptis terhadap penggunaan AI dalam isu kesehatan mental manusia. Perlu diakui bahwa AI memang menjanjikan kemudahan dan akses yang lebih luas daripada tenaga profesional di bidang kesehatan mental. Namun dibalik janji itu, terdapat pertanyaan besar yang perlu dijawab:
Apakah AI benar-benar aman dan etis untuk mendengarkan sisi terdalam manusia?
Apakah AI memiliki keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan unik yang dimiliki setiap manusia?
Saat ini, AI masih belum memiliki regulasi etika yang ketat mengenai penanganan psikologis pada penggunanya. Selain itu, sistem AI dirancang untuk terus melanjutkan dan mendukung percakapan dengan penggunanya, sebuah mekanisme yang sangat berisiko apabila tidak dipantau dan dikendalikan dengan tepat. Sudah ada beberapa platform telah memberitakan kasus penyalahgunaan AI dalam kehidupan sehari-hari. Salah satunya diulas dalam artikel Robert Hart di Time, yang membahas fenomena yang kini dikenal luas sebagai AI psychosis.
Apa itu fenomena AI psychosis? Fenomena ini merujuk pada bagaimana AI dapat memengaruhi atau bahkan memicu munculnya salah satu gejala psikosis, yaitu delusi, pada individu yang rentan. Karena AI dirancang untuk terus mempertahankan percakapan, hal ini berpotensi memperkuat keyakinan keliru yang sudah ada. Tanpa arahan (prompt) yang jelas dari pengguna serta regulasi etika yang ketat dari pengembang, penggunaan AI berisiko memicu masalah kesehatan mental yang membahayakan diri pengguna maupun orang di sekitarnya.
Di sisi lain, AI memiliki potensi besar untuk mendukung tenaga profesional kesehatan mental terutama dalam membantu tugas-tugas administratif. AI juga sebenarnya dapat membantu individu meregulasi dirinya seperti untuk journaling ataupun merefleksi diri. Namun AI masih belum atau bahkan tidak akan bisa menggantikan peran tenaga profesional seutuhnya.
Berdasarkan artikel JMIR yang berjudul “Regulating AI in Mental Health: Ethics of Care Perspective”, regulasi dan teknologi AI saat ini belum mampu mengakomodasi aspek-aspek penting dalam terapi, terutama yang berkaitan dengan hubungan terapeutik antara klien dan tenaga profesional. AI belum bisa memberikan empati dan memahami pengalaman manusia secara menyeluruh. AI juga belum mampu mengenali bahasa tubuh atau arti dari keheningan yang terjadi dalam sesi terapi.
Tanpa regulasi etika yang jelas dan supervisi yang memadai dari tenaga profesional kesehatan mental, AI berisiko memberikan ‘penanganan’ yang tidak bertanggung jawab. Meskipun memiliki database yang besar, AI hanya mampu mengenali pola yang dipelajari. AI belum bisa menangkap keunikan yang dimiliki setiap individu, terutama dalam proses pemulihan dan pertumbuhan pribadi. Singkat cerita, AI tidak bisa menggantikan hubungan antar manusia.
Teknologi boleh semakin canggih, tapi terkadang yang kita butuhkan sebenarnya adalah seseorang yang mau mendampingi proses pemulihan kita dengan tulus. Perlu diingat bahwa AI adalah sebuah alat, bukanlah pengganti manusia. Mari gunakan AI dengan bijak😊
Sumber:
Tavory, T. (2024). Regulating AI in Mental Health: Ethics of Care Perspective. JMIR Mental Health, 11, e58493. https://doi.org/10.2196/58493
Hart, R. (2025, August 6). Chatbots can trigger a mental health crisis. What to know about ‘AI psychosis’. TIME. https://time.com/7307589/ai-psychosis-chatgpt-mental-health/
Schneider, J. G. (2025, June 9). AI isn’t a therapist—but it could help with your mental health. Psychology Today. https://www.psychologytoday.com/us/blog/human-centered-technology/202506/ai-isnt-a-therapist-but-it-could-help-with-your-mental-health?
Wei, M. (2025, June 2). Can AI be your therapist? New research reveals major risks. Psychology Today. https://www.psychologytoday.com/us/blog/urban-survival/202505/can-ai-be-your-therapist-new-research-reveals-major-risks?