Pada artikel sebelumnya (cantumkan artikel), kita telah membahas bahwa kehidupan dipenuhi oleh berbagai macam ketidakpastian. Terkadang, kita seringkali mendengar kalimat seperti “Go with the flow”. Motto ini nampak sederhana dan terdengar mudah untuk diikuti, bukan? Padahal, bagi sebagian orang yang menyenangi rutinitas yang kaku pasti merasa sulit untuk bersikap fleksibel dan menyesuaikan berbagai kondisi yang sedang dihadapi.
Sebagai contoh, Apel selalu memiliki jadwal atau rutinitas yang pasti. Ia selalu bangun di pagi hari pada pukul 6 pagi, dilanjutkan dengan berlari pagi bersama anak-anaknya. Setelah itu, ia memutuskan untuk menonton televisi, lalu bekerja hingga pukul 6 sore. Di sela-sela setelah selesai bekerja, ia merasa harus mampu mengajak anak-anaknya bermain dirumah hingga pukul 7 malam. Apabila ia tidak berhasil melakukan salah satu dari kegiatan tersebut, maka ia akan mudah merasa cemas karena merasa dirinya gagal dalam menjalankan rutinitas sehari-hari. Jika kita hayati kembali, kehidupan sebetulnya bersifat dinamis dan terkadang tidak pasti. Sehingga dalam beberapa kondisi, meskipun kita sudah mengusahakan segala sesuatu sesuai rencana, kita ternyata masih memiliki peluang dalam menghadapi realita yang tidak sesuai denga napa yang kita rencanakan.
Lalu, bagaimana caranya agar kita tidak kecewa hingga merasa cemas jika tidak sesuai dengan prediksi dan keinginan kita? Salah satu kemampuan yang perlu dimiliki untuk menghadapi berbagai ketidakpastian yaitu untuk dapat bersikap fleksibel.
Menurut Giulia Landi dan kolega dari University of Bologna (2021), fleksibilitas psikologis dianggap sebagai landasan untuk meningkatkan kesehatan mental karena berkaitan erat dengan resiliensi. Fleksibilitas adalah ketika kita mampu terbuka terhadap pengalaman saat ini dan menyesuaikan perilaku sebagai respons terhadap tuntutan situasional yang berubah, namun tetap selaras dengan nilai-nilai pribadi kita. Fleksibilitas dimulai dengan bagaimana kita mampu menerima ketidakpastian, menerima perubahan, bahkan menerima bahwa banyak hal-hal terjadi diluar kendali kita. Menjadi fleksibel secara psikologis membantu kita dalam menyesuaikan diri terhadap situasi yang berbeda, hingga melatih kita dalam mengatasi stress.
Mari kita bayangkan skema berlatih untuk berpikir fleksibel. Cobalah kita umpamakan diri kita sebagai air yang bergerak. Air dalam kondisi cair nampaknya hampir sama dengan fleksibilitas kognitif. Sebaliknya, air dalam keadaan beku lebih mirip dengan cara berfikir yang kaku atau cognitive rigidty. Saat air bergerak, ia memiliki kapasitas untuk menemukan banyak jalur yang berbeda. Hal ini berlaku pada kondisi air di seluruh situasi, baik aliran kecil, sungai yang luas, maupun air yang jatuh di wastafel kamar mandi.
Jika kita pernah memperhatikan bagaimana air bergerak, air tersebut akan mengalir ke beberapa arah. Air akan menemukan cara tanpa akhir untuk melampaui rintangan dan terus mengalir, serta secara tidak langsung berusaha mengikuti jalur yang paling tidak resistan atau jalur yang paling efisien untuk ditempuh.
Es, di sisi lain, bersifat kaku. Jika menemui rintangan, ia tidak dapat bergerak melewatinya sampai meleleh. Kita tidak dapat dengan mudah memaksa sesuatu yang kaku menjadi lebih cair. Namun, saat kita bersifat fleksibel, kita berusaha memiliki kemampuan kognitif untuk menemukan lebih banyak jalan menuju solusi dan mengembangkan berbagai pemikiran dari sudut pandang manapun. Di sisi lain, jika kita memiliki pemikiran yang kaku, kita mungkin akan menghadapi kesulitan untuk memecahkan masalah.
Sebetulnya, kita semua dapat melatih diri untuk meningkatkan keterampilan dalam menghadapi ketidakpastian. Sama seperti es, kita dapat mencair kembali menjadi air dengan adanya sedikit panas ataupun tekanan. Sebagai contoh, membiasakan diri dengan ketidakpastian dan melatih fleksibilitas dapat dilakukan dalam kegiatan sehari-hari, yakni dengan cara:
- Cobalah pergi ke kampus ataupun ke kantor dengan menggunakan rute jalan yang berbeda
- Pilihlah menu yang berbeda di restoran dari hal yang kita senangi
- Cobalah aktivitas atau olahraga baru, apabila kita menyenangi olahraga yoga, maka lakukan cabang olahraga lainnya
- Tontonlah film tanpa perlu membaca review
- Bacalah artikel maupun topik yang belum pernah kita baca sebelumnya
- Mengobrol atau berdiskusi dengan orang lain yang belum pernah kita temui sebelumnya
- Pakalahi pakaian yang ternyata “baru untuk kamu” / memiliki style yang baru
- Lakukan aktivitas yang sering kita hindari disebelumnya
- Bicarakan hal-hal yang ternyata beresiko untuk kita
- Dengarkan lagu yang belum pernah kita dengar sebelumnya
Dari beberapa poin diatas, kita dapat melatih fleksibilitas kognitif dalam kehidupan sehari-hari.
Dibutuhkan latihan untuk mengembangkan fleksibilitas kognitif. Perasaan cemas mungkin akan datang dan pergi, tetapi ingatlah untuk mengambil jeda dan bernapaslah selama beberapa detik dan pertimbangkan apa lagi yang mungkin terjadi dalam situasi kamu. Selamat mencoba!
Resources:
Miller, L. (2021). What is Cognitive Flexibility and Why Does Matter?. BetterUp. https://www.betterup.com/blog/cognitive-flexibility