Merasa cemas adalah hal yang wajar dan manusiawi. Perasaan ini umumnya hadir ketika kita memperkirakan ada kemungkinan hal buruk yang akan terjadi di masa yang akan datang. Ketika kita memiliki kemampuan regulasi emosi yang baik, maka kecemasan inipun bisa kita kelola. Akan tetapi, ada kondisi ketika kecemasan sudah sulit dikendalikan dan bersumber dari banyak aspek dalam kehidupan keseharian kita. Pernah mendengar Generalized Anxiety Disorder? Kita pahami lebih dalam yuk mengenai gangguan ini.
Terdapat beberapa gejala Generalized Anxiety Disorder dan GAD yang dapat kita coba cek pada diri sendiri. Akan tetapi ini bukan untuk mendiagnosa GAD yah! Diagnosa hanya bisa diberikan oleh psikolog dan psikiater lewat pemeriksaan yang terstruktur dan sistematis. Pemahaman gejala ini bisa membantu kita untuk lebih peka terhadap kondisi diri sendiri sebagai langkah awal ketika nanti membutuhkan bantuan profesional.
Konsultasi dengan psikolog sekarang
Menurut DSM 5 (American Psychiatric Association, 2013), gejala utama dari GAD adalah kecemasan dan rasa khawatir yang berlebihan pada beberapa hal, baik berupa peristiwa atau aktivitas (tidak mengkhusus pada satu hal saja). Intensitas, durasi, dan frekuensi dari kecemasan yang dirasakan berada di atas rata-rata sehingga sudah dirasa mengganggu dan sulit untuk dikontrol.
Secara khusus, berikut adalah gejala GAD menurut DSM 5, yaitu:
- Kecemasan dan kekhawatiran yang berlebihan (adanya bayangan masa depan yang mengkhawatirkan), terjadi selama minimal 6 bulan, terkait dengan berbagai peristiwa atau aktivitas (pekerjaan, sekolah, atau peristiwa lainnya). tentang sejumlah peristiwa atau kegiatan
- Individu merasa sulit untuk mengontrol rasa khawatirnya.
- Kecemasan dan kekhawatiran terkait dengan tiga (atau lebih) dari enam gejala berikut: (dengan setidaknya beberapa gejala telah ada selama beberapa hari dalam 6 bulan terakhir, dan hanya 1 gejala pada anak-anak):
-
- Kegelisahan atau perasaan tegang.
- Mudah lelah.
- Sulit berkonsentrasi atau pikiran menjadi blank.
- Iritabilitas atau sensitif.
- Ketegangan otot.
- Gangguan tidur (kesulitan untuk tidur atau tetap tertidur, kualitas tidur tidak memuaskan.
- Kecemasan, kekhawatiran, atau gejala fisik menyebabkan terganggunya fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lainnya.
- Kecemasan tidak disebabkan oleh efek fisiologis dari konsumsi suatu zat, seperti obat-obatan atau kondisi medis lainnya (misalnya, hipertiroidisme).
- Kecemasan ini tidak terjelaskan oleh gangguan lainnya, seperti gangguan panik, keemasan sosial, obsesif-kompulsif, dan gangguan lainnya, peristiwa traumatis pada gangguan stres pascatrauma, penambahan berat badan pada anoreksia nervosa, keluhan fisik pada gangguan gejala somatik, disabilitas fisik, memiliki penyakit serius atau delusi pada skizofrenia.
GAD bisa dialami oleh perempuan maupun laki-laki dari berbagai usia, mulai anak-anak, remaja, dewasa, hingga lansia. Umumnya, anak-anak dan remaja cemas akan hal-hal terkait sekolah dan performa dalam olahraga, tetapi orang yang lebih dewasa cemas akan hal-hal terkait well-being, pekerjaan, pertemanan, keluarga, atau kondisi fisik. Bahkan, topik-topik yang membuat cemas bisa jadi dirasa tidak masuk akal tetapi rasa cemas tetap muncul.
Beberapa hal yang menjadi risiko berkembangnya gangguan ini ternyata sudah dapat dilihat sejak dini atau pada masa kanak-kanak, seperti adalah temperamen anak yang cenderung menarik diri, lingkungan yang overprotektif, serta faktor genetik dan fisiologis (American Psychiatric Association, 2013). Secara lebih spesifik Horney (1933; 1950) menjelaskan bahwa berkembangnya kecemasan dalam diri seseorang dimulai sejak ia kecil dan terkait dengan figur orang tua, terutama relasi dengan ibu. Hubungan yang tidak stabil dengan ibu (merasa butuh, tetapi juga menyimpan amarah) bisa menjadi sumber berkembangnya kecemasan yang besar pada anak (basic anxiety) yang mungkin dibawa hingga dewasa ketika tidak menemukan sumber daya untuk mengelolanya. Hal inilah yang kemudian perlu diproses dalam terapi.
Terdapat berbagai pendekatan yang dapat digunakan dalam menangani klien dengan GAD, seperti, Cognitive Behavioral Therapy, Mindfulness-Based Cognitive Therapy, dan terapi yang melibatkan penanganan trauma apabila hal tersebut dinilai berperan signifikan terhadap pembentukan kecemasan. Tentunya, pendekatan terapi ini akan disesuaikan dengan karakteristik klien. Tidak ada satu terapi yang betul-betul cocok untuk semua klien.
Kalau kamu penasaran seberapa tinggi tingkat kecemasanmu, kamu dapat melakukan pengukuran dengan mengerjakan tes online disini. Tapi tes ini hanya mengukur tingkat kecemasanmu selama sebulan terakhir ya, bukan diagnose klinis lho. Perlu diingat kembali bahwa pemeriksaan dan penetapan diagnosa hanya dapat dilakukan oleh profesional. Gejala di atas dan hasil tes dapat dijadikan sarana informasi untuk lebih peka terhadap kondisi diri dan orang-orang terdekat. Tidak perlu menunggu terpenuhinya semua gejala untuk mencari bantuan profesional, tetapi segeralah cari bantuan ketika sebagian atau hanya merasa mengalami satu gejala tetapi konsisten muncul dan tidak bisa teratasi sendiri. Semakin dini pemeriksaan dan penanganan dilakukan, maka kondisi kesehatan mental yang lebih baik dapat segera dicapai.
Lihat artikel psikologi lainnya
Referensi:
American Psychiatric Association. (2013). Diagnostic and statistical manual of mental disorders (5th ed.). Washington, DC: Author.
Cotton, S., Kraemer, K. M., Sears, R. W., Strawn, J. R., Wasson, R. S., McCune, N., … Delbello, M. P. (2019). Mindfulness‐based cognitive therapy for children and adolescents with anxiety disorders at‐risk for bipolar disorder: A psychoeducation waitlist controlled pilot trial. Early Intervention in Psychiatry. doi:10.1111/eip.12848
Horney, K. (1933). Personality Change of Female Adolescent. The American Journal of Orthopsychiatry.
Horney, K. (1950). Neurosis and human growth: The struggle toward self-realization. NY: Norton.